Menurut sebuah laporan terbaru dari Vision Council (Asosiasi
perdagangan nirlaba), rata-rata seseorang di jaman sekarang ini
menghabiskan waktu sekitar 9 jam di depan layar, baik itu layar ponsel,
komputer, tablet, ataupun televisi.
Hal tersebut mungkin terlihat sepele, namun kebiasaan itu dapat menyebabkan ketegangan pada mata, dan ini bisa menimbulkan permasalahan pada penglihatan.
Dampak Negatif Menatap Layar Komputer Terlalu Lama
Para peneliti mensurvei pada lebih dari 7000 orang dan menemukan
bahwa waktu yang dihabiskan di depan layar televisi atau gadget terus
meningkat, baik pada anak-anak ataupun orang dewasa. Selama kurun waktu
satu tahun, jumlah orang yang mengaku menghabiskan waktu di depan layar
hingga 10 jam terus meningkat sebesar 4 persen.
“Sekitar 70 persen orang dewasa di Amerika Serikat telah mengalami ketegangan mata
seiring dengan meningkatnya penggunaan perangkat elektronik. Orang
dewasa berusia 18 hingga 34 tahun mengalami ketegangan mata pada level
yang lebih tinggi (45 persen) dibandingkan mereka yang lebih tua,” ujar
para peneliti.
Seorang profesor bernama Douglas Lazzaro mengatakan bahwa menatap
layar secara terus-menerus bisa menyebabkan sejumlah masalah, khususnya
pada mata. Semakin lama seseorang melihat layar komputer atau gadget
lainnya, ketegangan mata juga akan meningkat, dan hal ini bisa
menyebabkan
sakit kepala.
“Ketika kita sedang melihat layar televisi, komputer, atau tablet,
kita juga akan memiliki kecenderungan jarang berkedip. Dan apabila kita
kurang berkedip, mata kita akan mengering,” ungkap Dr. Douglas.
Asisten profesor Jacqueline Busingye, MD, juga mengatakan bahwa
kekeringan yang terjadi pada mata tersebut bisa menyebabkan mata terasa
gatal dan juga terasa seperti terbakar.
Menatap layar terlalu lama juga bisa menyebabkan permasalahan pada penglihatan untuk jangka panjang.
“Beberapa orang ada yang meyakini bahwa menatap layar elektronik
seperti televisi dapat mempengaruhi penglihatan dan menyebabkan mata
menjadi rabun jauh. Hal ini memang terdengar kontroversial, namun
beberapa bukti telah menunjukkan hal tersebut bisa saja terjadi,” ungkap
Dr. Jacqueline.